Allah berfirman :
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الأبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (٢٣)
Dan wanita yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: (1) “Aku berlindung kepada Allah, (2) sungguh Robku (Tuanku) telah memperlakukan aku dengan baik.” (3) Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (QS Yusuf : 23)
Sesungguhnya Nabi Yusuf ‘alaihis salam tatkala dirayu untuk berzina dengan istri pembesar Mesir maka beliau telah menghadapi banyak ujian yang sangat berat, diantaranya :
– Ia seorang pemuda, tentunya gejolak syahwat seorang pemuda lebih bergelora dari pada seseorang yang telah tua
– Pintu-pintu telah ditutup, sehingga jika terjadi perzinaan tidak ada orang lain yang mengetahuinya
– Yusuf adalah orang asing, asal beliau adalah dari Palestina (tempat tinggal ayah beliau Nabi Ya’qub dan saudara-saudara beliau). Dan sebagaimana dimaklumi bahwasanya orang yang berada di tempat yang asing lebih berani bermaksiat dari pada jika di kampung sendiri. Betapa banyak pencuri yang hanya berani mencuri di kampung tetangga, adapun untuk mencuri di kampung sendiri maka harus berfikir seribu kali, karena kalau ketahuan maka akan memalukan orang tua dan kerabat. Seandainya Yusuf bermaksiat maka keluarganya tidak ada yang tahu dan tidak ada yang dipermalukan karena ia jauh dari kampung halamannya.
– Yusuf sudah bertahun-tahun tinggal di rumah wanita tersebut, sehingga keberadaan dia bersama sang wanita adalah perkara yang tidak mencurigakan, karena memang Yusuf seperti anggota keluarga di situ atau sebagai pekerja di rumah tersebut.
– Sang wanitalah yang merayu Yusuf ‘alaihis salam. Dan banyak lelaki yang imannya goyah jika ternyata yang memulai menggoda adalah sang wanita. Karena seharusnya wanitalah yang digoda dan dicari, namun tatkala wanitanyalah yang mulai menggoda maka ini merupakan ujian tersendiri
– Sang wanita yang menggoda bukanlah seorang wanita biasa, akan tetapi wanita yang cantik. Karena kita tahu bahwa kebiasaan para pembesar adalah mencari istri yang cantik.
– Wanita tersebut telah memperhias dirinya untuk menggoda Yusuf, maka jadilah kecantikannya bertambah-tambah dengan riasan kecantikan.
Tentu ini adalah kumpulan ujian dan godaan yang sangat berat yang dihadapi oleh Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Akan tetapi ternyata Nabi Yusuf bisa terhindar dari godaan yang sangat berat tersebut. Ini merupakan kemuliaan Nabi Yusuf yang diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Yang menjadi pertanyaan : Langkah-langkah apa yang ditempuh oleh Nabi Yusuf sehingga terhalangi dari bermaksiat tersebut??
Tatkala Nabi Yusuf dirayu untuk berzina maka beliau melakukan beberapa perkara, (1) Berlindung kepada Allah (2) Mengingat kebaikan dan nikmat Allah kepadanya, (3) Mengingat bahwa pelaku kemaksiatan tidak akan beruntung, dan (4) Segera pergi meninggalkan lokasi maksiat
Pertama : Berlindung kepada Allah.
Ini adalah penghalang yang terkuat, karena jika Allah tidak melindungi kita maka tidak seorangpun yang bisa terhindar dari kemaksiatan. Janganlah kita pernah PeDe dengan keimanan yang kita miliki, sesungguhnya betapa banyak orang yang kuat imannya dalam menghadapi banyak kemaksiatan akan tetapi ia luluh dan bertekuk lutut dalam beberapa hal. Ada orang yang tidak mungkin untuk disogok dengan uang sebesar apapun, akan tetapi jika disodori seorang wanita cantik maka iapun bertekuk lutut di bawah kerling mata wanita tersebut.
Sebaliknya ada orang yang disodorkan wanita cantik ia bisa menghindar, akan tetapi bertekuk lutut di bawah uang, karena ternyata kondisinya yang penuh kebutuhan dan terlilit hutang. Ada juga orang yang tidak tergoda dengan wanita atau uang akan tetapi ia bertekuk lutut dengan jabatan dan kekuasaan karena ia memiliki ambisi untuk dihormati. Dan demikianlah kondisi manusia, ada perkara-perkara yang ia lemah dihadapannya. Karenanya janganlah pernah PeDe dengan iman yang kita miliki, hendaknya kita meminta perlindungan kepada Allah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢١)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya bukan karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS An-Nuur : 21)
Kedua : Mengingat kebaikan Allah kepada kita
Perkataan Yusuf “Sesungguhnya Robku/Tuanku“, ada dua penafsiran dikalangan para ulama, jumhur ulama menyatakan yang dimaksud dengan “Tuanku” adalah suami sang wanita –seorang petinggi kerajaan Mesir (sebagian mufassir menyebutnya adalah seoang bendaharawan Mesir)- yang telah memelihara Yusuf di rumahnya dengan baik. Maka tidak layak bagi Yusuf untuk mengkhianatinya dengan menzinai istrinya.
Pendapat kedua –yang dipilih oleh Abu Hayyan (lihat Tafsir Al-Bahr Al-Muhiith 6/257)- bahwa yang dimaksud dengan Robku/Tuanku adalah Allah, sehingga Yusuf tidak mau bermaksiat mengingat Allah telah memberikan kepadanya berbagai macam kenikmatan dan telah berbuat baik kepadanya, diantaranya Allah telah menyelamatkannya dari sumur, dan telah menempatkan ia tinggal di Mesir di rumah seorang majikan yang baik, telah diajari ilmu menafsirkan mimpi, dll.
Mengingat kebaikan-kebaikan Allah kepada kita merupakan salah satu hal yang bisa menghalangi kita dari bermaksiat. Betapa baiknya Rob kita kepada kita, kita telah diberi harta, kesehatan, dll, lantas kita gunakan nikmat-nikmat tersebut untuk bermaksiat kepadaNya?
Apakah kenikmatan mata kita gunakan untuk melihat hal yang haram, berlezat-lezat memandang aurot wanita yang setiap kelezatan yang kita rasakan semakin mendatangkan kemurkaan Allah !!!
Apakah kenikmatan pendengaran yang Allah berikan, kita gunakan untuk mendengarkan hal yang haram?, musik, ghibah, dll?. Semakin kita berlezat-lezat mendengarkan musik atau berlezat mendengarkan ghibah/ngerumpi maka semakin memperdekat kemurkaan Allah kepada kita !!
Bukankah jika kita bersyukur maka Allah akan menambah kenikmatan kita??. Jika kenikmatan yang kita peroleh ternyata tidak bertambah-tambah maka sebabnya sangatlah mungkin adalah karena kita tidak pandai bersyukur.
Ketiga : Mengingat bahwa pelaku dosa yang telah menzolimi dirinya sendiri tidak akan pernah beruntung
Sungguh pelaku dosa hanya mendatangkan kesulitan bagi dirinya sendiri. Tidak ada kesulitan dan musibah apapun kecuali disebabkan oleh dosa-dosa kita.
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (٣٠)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS Asy-Syuroo : 30)
Dosa, bagaimanapun juga pasti dan pasti dan pasti akan ada dampak buruknya, cepat atau lambat, baik di dunia, terlebih di akhirat. Maka sungguh pelaku maksiat telah menzolimi dirinya sendiri. Bahkan terkadang ia menzolimi istri dan anak-anaknya, karena akibat maksiat yang ia lakukan terkadang merembet pada keluarganya !! Maka janganlah ia egois hanya ingin memuaskan syahwat dan hawa nafsunya dengan mengorbankan istri dan anak-anaknya !!
Terlalu beranikah kita bermaksiat kepada Allah. Tidak takutkah kita sewaktu-waktu tatkala kita terus bermaksiat maka Allah akan mencabut anugerahNya dari kita, mencabut hartaNya dari kita, mencabut ilmu kita atau menguranginya, atau menjadikannya tidak berkah?, dipersulit urusan kita??
Seorang penyair berkata :
إِذا كُنتَ في نِعمَةٍ فَاِرعَها…فَإِنَّ المَعاصي تُزيلُ النِعَم
Jika engkau berada dalam kenikmatan maka jagalah kenikmatan tersebut…
Sesungguhnya kemaksiatan akan menghilangkan kenikmatan…
وَحافِظ عَلَيها بِتَقوى الإِلَهِ….فَإِنَّ الإِلَهَ سَريعُ النِّقَم
Jagalah kenikmatan tersebut dengan bertakwa kepada Allah…
Sesungguhnya Allah sangat cepat balasanNya (kepada pelaku maksiat)…
فَإِن تَعطِ نَفسَكَ آمالَها…فَعِندَ مُناها يَحِلُّ النَدَم
Jika engkau menuruti angan-angan hawa nafsu jiwamu….
Maka (ingatlah) tatkala tiba kematian maka disitulah datang penyesalan…
فَأَينَ القُرونَ وَمَن حَولَهُم…تَفانوا جَميعاً وَرَبّي الحَكَم
Dimanakah generasi-generasi lampau dan sekitar mereka…
Mereka semua telah fana dan Robku yang akan Mengadili mereka…
Keempat : Menjauh dari lokasi maksiat
Nabi Yusuf ‘alaihi salam selalu berusaha menjauhkan dirinya dari lokasi dan sumber kemaksiatan. Karena beliau tidak pernah PeDe dengan imannya, karena bagaimanapun seseorang kuat imannya akan tetapi jika ia terus berada di lokasi dan sumber-sumber maksiat maka ada saatnya suatu waktu ia terjatuh dan tersungkur dalam kemaksiatan tersebut. Nabi Yusuf menghindar dari maksiat dua kali :
(1) Tatkala ia dirayu oleh sang wanita tersebut maka beliaupun lari menuju pintu dan membuka pintu untuk kabur. Allah telah berfirman dalam ayatnya
وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ
Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak (QS Yusuf : 25)
Nabi Yusuf terus berlari menjauh meskipun sang wanita menarik bajunya…ia menjauh dari lokasi kemaksiatan.
(2) Nabi Yusuf berdoa kepada Allah agar dipenjara sehingga terhindar dari wanita yang terus tidak pernah lelah untuk merayunya. Allah berfirman :
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS Yusus : 33)
Lihatlah ketidak-PeDe-an Nabi Yusuf di hadapan maksiat. Beliau berkata, “Jika Engkau wahai Robku tidak menghindarkan aku dari tipu daya mereka, maka tentu aku akan condong untuk memenuhi keinginan mereka”…
Nabi Yusuf mengakui di hadapan Robnya akan ketidakmampuan dirinya jika terus digoda dengan rayuan para wanita cantik tersebut. Nabi Yusuf lebih suka dipenjara dari pada bermaksiat. Ternyata kelezatan beribadah di penjara lebih ia sukai daripada kelezatan bermaksiat yaitu berzina dengan wanita cantik.
Maka janganlah seseorang mendekatkan dirinya kepada sebab-sebab dan lokasi-lokasi kemaksiatan. Bagaimana seseorang hendak tidak bermaksiat sementara kakinya ia langkahkan ke lokasi dan sarana maksiat?!. Bagaimana seorang hendak menahan pandangannya, sementara jarinya ia arahkan untuk meng”klik” foto-foto dan video-video yang mengumbar kemaksiatan??, apalagi syaitan datang berbisik kepadanya, “Tidak mengapa, hanya sekedar untuk cari tahu…” !!!
Ya Allah ampuni dosa-dosa kami, lindungilah kami dari dampak-dampak buruk kemaksiatan kami…jangan Engkau berikan dampak maksiat kami kepada anak-anak kami yang tidak berdosa dan tidak tahu menahu…
Ya Allah tutuplah aib-aib dan dosa-dosa kami di dunia terlebih lagi di akhirat. Janganlah Engkau hinakan kami di hari kebangkitan, hari yang tidak bermanfaat harta benda…
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 26-01-1436 H / 19 November 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com